Tiga kata di atas yang menggema keras di telinga. Seorang teman menyampaikan sebuah kuliah bebas yang intinya tiga kalimat di atas. Saya berkali-kali mengatakan padanya "kapan lo berhenti memberikan kuliah gratis."? Entah bagaimana seperti semakin saya menghindar dari sebuah kenyataan semakin jelas di depan mata orang-orang menjelaskan dengan gamblang apa yang terjadi pada saya.
Pertama saya sering tidak terima jika dikritik dan disarankan dalam permasalahan pilihan pendamping. Bagi saya ini hal yang sangat menyakitkan ketika orang lain turut serta mencampuri konflik batin saya. Terlebih saya menganggap diri saya orang yang sudah cukup dewasa dari segi usia dan moral. Saya sadar bahwa kebiasaan saya yang menghindar dari kritikan adalah sebuah mental blok yang ada dalamm diri.
Kedua saya mengalami sebuah traumatis atau fanatisme yang sepertinya berkepanjangan terhadap orang-orang tertentu. Bagaimana menjelaskannya saya sendiri sangat bingung, setiap kali saya hendak mengenal orang baru selalu ada perasaan bahwa saya kurang "sreg" atau feeling saya mengatakan ini dan itu. yang pada akhirnya memperlihatkan pada saya bahwa ini baik dan itu tidak baik. Saya bukan orang yang membeda-bedakan orang berdasarkan ini dan itu. Bahkan saya termasuk orang yang mudah berteman dengan siapa saja. Tapi bagaimanapun itu saya mohon maaf terhadap orang-orang yang merasa saya kurang baik.
Ketiga saya sedang dalam kondisi luar biasa dipaksa untuk terus menghasilkan pikiran yang prima. Menyelesaikan sebuah tulisan yang menjadi prioritas hidup saya dalam 3-4 tahun kebelakang sampai hari ini. Saya sering galau bahkan tingkat stres yang tinggi melanda, berbagai tekanan acap kali datang. Jenuh dan perasaan ingin berada di garis finis pun muncul seiring berjalannya hari.
Disisi ini teman terus memberi dukungan yang justru saya abaikan dengan mengatakan "kuliah bebas". Seringkali kita tidak sadar bahwa kehadiran seseorang atau apapun ynag ditemui oleh kita adalah sebuah kunci dari apa yang kita harapkan dan hindari. Untuk apa kunci-kunci itu hanya kita masing-masing yang tahu, tergantung dari seberapa besar orang kita mau berpikir. Bukankah Allah dalam firmannya seringkali menyebutkan "Bagi orang-orang yang mau berpikir"
Allah dalam Surah Ali- Imran ayat 190-191 juga menyampaikan tanda-tanda bagi manusia yang mau berpikir.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka lindungi kami dari siksa neraka". (Q.S. Ali Imran [3]: 190-191.
Jelaslah betapa nikmat Allah bukan hanya kesenangan secara tampak tetapi memiliki teman yang masih mau mengingatkan bahkan orang yang kita temui di jalan atau tempat umum adalah pengaturan Allah yang tidak akan keliru bagi umatnya.

